CerkakBahasa Jawa "Detektip Handaka Mbanggel" karya Suparto Brata ini mengisahkan tentang penyelidikan dan mengungkap penipuan hadiah yang di selenggarakan oleh Telkomsel. Adalah Detektif Handaka yang akan menjadi Korban penipuan berhadiah Mobil Avanza, pada cerita Cerkak Detektif ini mengisahkan bahwa Detektif Handaka menerima telepon yang Origin is unreachable Error code 523 2023-06-15 122242 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7ac727bb6fb7e2 • Your IP • Performance & security by Cloudflare

SintaksisBahasa Jawa. Semarang: Griya Jawi. Natawijaya, Suparman. 1986. Apresiasi Stilistika. Jakarta: Intermasa. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. 1995. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Diksi Dalam Kumpulan Cerita Misteri Jagading Lelembut Pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2001 a. Kata Benda Nomina. Lihat dokumen

CERITA HOROR – Dunia lain itu ada dan sangat dekat dengan kita. Hal-hal yang misterius itu sudah banyak dirasakan oleh bermacam-macam orang dari berbagai daerah. Mungkin juga kamu pernah mengalaminya. Kali ini Satu Jam mau menampilkan 83 kisah misteri yang benar-benar nyata di alami oleh kawan-kawan kita. Mereka menuliskan kisah-kisah itu di akun sosmed dan blog pribadi, kemudian dirangkum jadi satu di artikel ini. Gunakan menu di bawah ini untuk menelusuri kisah-kisah pilihan. Selamat menikmati. Cerita Seram di Pasar Malam Suasana pasar malam. Kompasianer itu sebutan bagi mereka yang aktif menulis di situs citizen journalism Kompasiana. Dari sekian pengalaman misteri, pengalaman yang saya tulis kali ini adalah pengalaman misteri saat touring dengan seorang kawan dari Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah sekitar 3 tahun yang lalu. Selepas kami dari Ciamis, Jawa Barat baliknya aku ikut mampir ke rumah kawan di Purwodadi untuk istirahat sehari sebelum balik ke Tuban, Jawa Timur. Keesokan harinya selepas asar dengan mengendarai motor masing-masing dia mengantarku sampai Bledug Kuwu sekalian untuk menemaniku untuk mengambil gambar di obyek wisata itu dan sekedar menikmati es kelapa muda yang memang banyak di jual di situ. Keasikan melihat obyek wisata bumi yang sedang batuk itu hingga tidak terasa hari sudah menjelang maghrib. Baru selepas maghrib saya memulai perjalanan pulang ke Tuban, yang mungkin membutuhkan 3 atau 4 jam perjalanan, maklum jalan alternative Cepu-Semarang ini rusak parah waktu itu. Sebenarnya saya sudah merasa ada yang lain saat akan memulai perjalanan pulang ini. Sejak saya meluncur dari Bledug Kuwu, saat motor yang saya kendarai memasuki kawasan Kecamatan Kradenan, Grobogan, tiba-tiba ban bocor. Untungnya masih ada satu tukang tembel deket kantor kecamatan masih buka. Setelah itu ketika memasuki Kecamatan Gabus tiba-tiba lampu depan mati, terpaksa saya berhenti di pasar Sulursari untuk memperbaikinya. Beberapa saat setelah lampu kembali normal saya lanjutkan perjalanan. Sekitar satu jam saya baru masuk masuk Randu Blatung, Blora, Jawa Tengah. Sekitar satu jam kemudian melintasi area hutan jati barulah saya sampai ke wilayah Klopo Duwur, Blora yang terkenal dengan Wong Samin nya itu. Kurang dari 3o menit kemudian saya sudah memasuki pusat Kabupaten Blora dan langsung mengambil jurusan Bojonegoro. Lepas dari Batalyon 410 Blora sekitar 500 meter tiba-tiba tanpa sebab mesin motor mati. Sebelumnya ini belum pernah terjadi disamping masih tergolong motor yang baru saat itu sebelum berangkat touring saya selalu mempersiapkan motor sesempurna mungkin. Sedikit jengkel, saya tepikan motor ke tepi jalan dan memang jalanan saat itu masih ramai dari arah Blora menuju Bojonegoro, Jawa Timur. Belum sempat menyandarkan standartsaya dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba oleh wanita tua, dari mana datangnya saya tidak jelas. “Mas boleh saya minta tolong.” Kata wanita tua itu. Saya menoleh ke arah lelaki tua itu yang menyapaku itu, “Apa yang bisa saya bantu Mbah?” jawabku. “Saya boleh menumpang sampai di Bogorejo, mau naik ojek sya tidak ada uang, Nak!” kata nenek tua itu bernada melas. “Oo monggo Mbah, kebetulan nanti saya lewat situ. Tapi sabar dulu ya Mbah, motor saya agak rewel, saya akan cek dulu mesinnya sebentar”. Saya sama sekali tidak memperhatikan lagi wanita tua itu, saya terus konsentrasi dengan motorku. Setelah mengecek kondisi mesin, ternyata tidak adasedikit masalah apapun terhadap mesin motorku. Begitu mesin motor saya starter langsung menyala, saya segera melanjutkan perjalanan yang sebelumnya mempersilahkan wanita tua itu segera naik ke motor. “Pegangan ya Mbah!” sambil aku lajukan motor, namun kali ini saya hanya melajukan motor dengan kecepatan standart karena membonceng seorang wanita, tua lagi. Waktu tertunda lagi satu jam lagi untuk sampai ke rumah. Bau wangi dari wanita tua itu sebenarnya yang membuat risih. Sebab bau wanginya tidak seperti wewangian pada umumnya, saya rasa wewangian itu aneh. Dalam pikir saya, nenek ini gaul juga, ya masak punya parfum tapi tidak punya uang untuk ojek. Namun, aku tidak mempedulikannya, saya anggap bau wangi seperti ini sama dengan wangian wanita yang ada di kampung saya juga. Umumnya pada helatan hajatan kebiasaan mereka meakai wangian, namun ya itu tadi menyengat. Dalam perjalanan tidak banyak yang saya bicara dengan nenek itu, sebatas mengingatkan untuk pegangan saja, disamping itu saya harus berkonsentrasi mengemudikan motor. Ketika memasuki Kecamatan Bogorejo, Blora saya mencoba bertanya pada wanita tua itu. Tetapi sama sekali tak ada jawaban dari wanita itu. Tidak dengan barangkali pikirku, karena waktu saya tanya sama dia kondisi motor sedang berjalan. Sampai di dekat pasar Bogorejo saya bertanya lagi pada wanita itu. Namun tetap tak ada jawaban. Saya tepikan motor di dekat simpang tak jauh dari pasar dengan tujuan hendak bertanya kembali pada wanita itu, namun saat saya menoleh ke belakang saya sangat terkejut. Wanita yang saya bonceng raib entah kemana perginya. Sekedar informasi, jalan alternative dari Blora menuju Kenduruan, Tuban, Jawa Timur ini adalah jalan sempit dan sebagian besar melewati areal hutan jati Perhutani. Karena sudah merasa terlambat dan semakin beranjak malam,saya berusaha tidak peduli apa yang barusan terjadi sekalipun dalam hatiku penuh tanda tanya. Karena jalanan bergelombangsaya tidak bisa memacu motor lumayan kenceng meskipun jalanan lenggang. Lepas dari Bogorejo ini saya memperlambat motor karena dikejauhan tampak banyak lampu seperti ada orang tontonan orang sedang punya hajatan. Ternyata bukan setelah saya berhenti di situ, keramaian itu seperti pasar malam tapi tidak ada komidi puter disitu. Seperti pasar malam pada umumnya, banyak sekali orang keluar masuk tempat tersebut, selain menikmati makanan dan banyak juga mereka yang coba membeli pakaian. Karena semenjak tadi masih diatas motor segera saya tepikan dan bergegas memasuki pasar tersebut yang boleh dibilang ramai meski malam sudah mulai beranjak tua. Karena tujuan masuk ke pasar malam ini adalah untuk mengisi perut, setelah mecari kesana kemari, tak jauh dari tempatku berdiri ada satu warung bakso, saya pikir bakso paling tepat karena panas dan lumayan mengurangi rasa dingin juga. Sambil menunggu bakso yang saya pesan di sajikan saya menyalakan sebatang rokok. Namun saya merasa ada yang aneh ketika memperhatikan orang-orang di sekitar pasar malam itu. Dalam hatiku berguman, “Aneh sekali pandangan mereka kosong semuanya. banyak suara riuh rendah tetapi mulut mereka tidak ada yang berbicara. Lalu itu suara dari mana?” Biasanya orang di desa selalu bertegur sapa sekalipun mereka tidak saling kenal, dan kali ini bulu kudukku mulai meremang. Namun saya berusaha tetap tenang, karena saya menganggap itu adalah angin yang berhenbus perlahan. Sekalipun pasar malam tersebut hanya diterangi dengan cahaya lampu-lampu petromax namun susananya terang dan ramai. Untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan saya mengeluarkan handphone lalu mencoba sms ke orang rumah sambil melihat jam yang sudah menunjukkan pukul WIB. Saya tidak menyadari kalau saat itu sedang atau barangkali berada dalam dimensi lain. Kemudian saya masukkan lagi handphone dan melepaskan lagi pandangan kea rah balik saya duduk. Saya mendapati pasar malam yang mulai sepi. Bahkan hampir separuh wilayah pasar malam yang tadi saya lihat tinggal sebagian saja. Sama sekali masih belum menyadari apa yang saya alami. Saya menganggap kalau sebagian orang sudah membereskan dagangannya karena sudah larut malam. Saya masih tetap santai kembali saya melihat kea rah warung tempatku memesan bakso, penjual bakso itu tampak sibuk karena melayani orang yang lebih dulu dariku. Lalu saya melepaskan pandanganku kea rah samping, ternyata sudah gelap tinggal beberapa penjual saja. Kembali saya dibuat heran, waktunya begitu cepat. Seharusnya orang beres-beres makanan waktu minimal setengah jam, akan tetapi ini hanya terjadi beberapa detik saja. Sunguh-sunguh aneh! Lalu saya lihat kearah warung bakso tempat saya pesan tadi, ternyata masih juga sibuk dengan pembeli yang lain. Ketika saya menoleh kembali kesamping kanan ternyata sudah gelap, dan begitu kembali menoleh ke arah penjual bakso yang ada di depanku ternyata sudah gelap. Seketika saya terperanjat kaget, sementara sinar bulan saja yang tampak tetap terang. “Kemana penjual-penjual tadi?” gumamku. Dengan cahaya bulan perlahan-lahan sayamemperhatikan sekeliling, saya lebih terkejut lagi ketika melihat batu nisan ditempat saya duduk. Dan yang lebih terperanjat lagi tempat yang saya duduki yang sebelumnya adalah terlihat bangku ternyata adalah kijingan makam. Saya bergegas meninggalkan tempat ini dan langsung menyalakan mesin motor. Sebisa mungkin saya berusaha tenang mengemudikan motor menuju Kenduruan. Sambil tentu saja dada terus bergemuruh. Deg..deg..deg.. Sumber dari sini. Cerita Horor Bus Hantu Sumber Kencono Begini ceritanya. Bus ini memang cukup terkenal di kalangan masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian Timur. Armada bus ini terkenal karena kebiasaan ugal-ugalannya. Selain itu, angka kecelakaannya juga termasuk tinggi. Tak heran nama Sumber Kencono ini sering dipelesetkan oleh masyarakat menjadi “Sumber Bencono” alias “sumber bencana”. Bahkan, suatu ketika bus ini pernah dibakar di Ngawi oleh massa karena menabrak pengendara sepeda motor hingga tewas. Mungkin karena ingin mengubah image, nama armada ini akhirnya diganti menjadi seperti itu Sumber Selamat. ini ada salah satu kisah nyata cerita mistis yang anda boleh percaya boleh tidak.. Dingin, aku merapatkan jaketku. Entah sudah berapa batang rokok yang kuhabiskan menunggu bis sialan ini. Kulihat jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 12 malam. Mataku sampai bosan melihat ke arah jembatan layang Janti. Sudah hampir dua jam aku menunggu di sini, bener-bener brengsek, tak satupun bis yang mau berhenti. Mana sendirian pula, jadi agak-agak merinding, campuran antara takut ada preman kesasar sama aroma mistis malem Jumat Kliwon yang dikenal orang Jawa sebagai malam keramat. Dari arah barat kulihat sepeda motor melambat, nampaknya dia mau nunggu bis juga. Yang dibonceng seorang pemuda gondrong dengan jaket bergambar lambang salah satu perguruan tinggi di ringroad utara, dia turun sambil melepaskan helmnya. “Ati-ati dab!” Si pengendara motor muter balik sambil melambaikan tangannya. Lumayan, ada barengan di sini, minimal kalo sampe ada yang mau malak bisa kabur ke arah berlainan biar premannya bingung mau ngejar yang mana. Ndak usah ketawa, aku males berantem sama orang ndak mikir masa depan macem preman jalanan, sedikit trauma juga gara-gara dulu waktu ribut sama preman mereka seenaknya ngeluarin pisau. Lha siapapun yang kena kan pasti berurusan sama polisi, dia mungkin mikirnya masuk tahanan ndak masalah, bisa makan gratis. Kalo aku? Bisa digebuki bapakku! “Mau pulang ke mana Mas?” Sapaku mencoba beramah tamah. Blah! Sombong sekali mas satu ini, berapa kali aku menyapa tak sekalipun dia menjawab, pura-pura gak denger, sok-sok sibuk ngliat arah datangnya bis di arah jembatan layang. Ini mungkin yang pernah dibilang Simbah di kampung, wong Jowo ilang Jowone, sudah ndak tau tata krama. Untunglah tak berapa lama kemudian bisnya datang, Sumber Kencono, bis legendaris jurusan Jogja-Surabaya, dan kali ini bisnya mau berhenti. Si Mas gondrong naik duluan, eh lha kok aku baru naik satu kaki si bisnya udah jalan lagi, bener-bener gak sopan! Tapi mungkin memang sudah jadi kebiasaan, karena jadwal keberangkatan antar bis yang kadang cuma selisih 5 menit membuat mereka ndak bisa berhenti lama-lama, kuatir mepet sama yang belakang. Tumben baru sampe Janti saja bisnya sudah penuh, ada satu dua kursi yang kapasitasnya tiga orang baru ditempati dua orang tapi penumpang yang di situ gak ada yang menawarkan tempat duduk padaku. Lebih tepatnya mereka gak bereaksi apapun saat aku permisi mau duduk. Blah! Makin lama makin keterlaluan orang-orang ini, terbiasa hidup sendiri-sendiri mungkin, sudah hilang segala macam ramah tamah yang konon dulu pernah jadi salah satu ciri orang sini. Untung ada tiga kursi kosong di bangku paling belakang, tak perlu permisi, lega juga, bisa naikin kaki, mungkin sambil klebas-klebus ngrokok untuk mengusir bosan nanti. Peduli setan sama orang-orang bakal terganggu atau tidak, wong mereka disapa gak menyahut, harusnya diganggu juga gak protes! Sekarang yang penting merem dulu, kompensasi dari berdiri hampir dua jam waktu nunggu bis tadi. Bis sudah melaju sampai daerah Kalasan, biasanya di sini kondektur sudah narik bayaran dari semua penumpang, tapi heran, kok dari tadi gak ada yang njawil padahal duit sudah aku siapkan. Terserah lah, kalo nanti gak mbayar ya malah bersukur tho. Tunggu dulu, sunyi waktu naik bis di malam hari sudah biasa, tapi sepertinya yang sekarang ini terlalu sunyi. Mungkin ada satu dua celoteh pelan terdengar, tapi kenapa dari tadi ekspresi orang-orang ini terlalu datar? Lebih tepatnya gak ada ekspresi yang tergambar di wajah. Bahkan orang di sebelahku pun seperti gak merasakan kehadiranku. Aku jadi sedikit merinding, dulu mbakyuku pernah bilang, kalo malem jangan nunggu bis dari janti, lebih baik dari terminal saja karena konon ada bis hantu yang suka ngambil penumpang di situ. Bis hantu? Iya, bis hantu. Selentingan kabar mengatakan bis ini mengalami kecelakaan parah dan semua penumpangnya tewas, waktu kita naik itu semua penumpangnya berwajah pucat dan tidak menghiraukan kehadiran kita. Konon kalo naik bis itu dari Jogja bisa sampai ke Surabaya dalam waktu gak sampai tiga jam, tapi kalo lagi gak beruntung bisa juga gak sampai Surabaya, kita malah dibawa ke alam antah-berantah. Lebih celaka lagi katanya bis hantu itu Sumber Kencono yang memang terkenal suka kebut-kebutan. “Mas, Sampeyan mau turun mana?” Aku mencoba menyapa penumpang di sebelah, sekaligus mengusir rasa penasaran, masa iya ada bis hantu. Dia gak menjawab, lebih tepatnya bereaksi seperti semua orang yang dari tadi kusapa, gak ada ekspresi. Ini mulai menakutkan. Kucoba menepuk bahunya agar dia menanggapi sapaanku. Sial! Tanganku menembus bahunya! Dia tidak nyata, dia bukan manusia! “Pak! Kiri pak! Saya turun sini!” Teriakku panik, tapi mereka tetap dingin tanpa ekspresi. Sialan! Mungkinkah aku akan terbawa ke alam gaib seperti yang orang-orang pernah ceritakan? Bulu kudukku merinding, badanku terasa dingin. Tapi percuma panik sekarang, aku mencoba mengingat doa-doa yang diajarkan Simbah dulu, sial, lupa semua! Hampir tanpa sadar, aku meraih sebatang rokok, kunyalakan perlahan dan kuhisap dalam-dalam untuk mengusir tegang. “Cak, kok bisnya bau kemenyan?” Penumpang di sebelahku mendadak menutup hidung, menatap lurus seakan menembusku dan bertanya pada kenek yang berdiri di pintu belakang. “Gak papa Mas, kadang memang suka tercium bau kemenyan. Katanya dulu di Janti situ pernah ada penumpang lagi nunggu bis meninggal ditusuk waktu ribut sama preman, kalo malem Jumat Kliwon kayak sekarang ini katanya dia suka ikut naik bis. Kasian, mungkin matinya gak tenang.” Aku termangu, dan bis terus melaju. Sumber dari sini. Cerita Horor Penginapan Pantai Anyer Pengalaman ini diceritakan oleh orang yang menamakan dirinya dengan nama samaran Bunga. Ok, langsung saja. Anyer, selain harga makanannya yang horor, tempatnya ternyata juga horor. Panggil saja gue Bunga, dan cerita ini adalah tentang pengalaman horor gue di Anyer. Waktu gue nginep di daerah Anyer. Jadi ceritanya begini, Gue sama temen-temen gue mau melakukan kegiatan mancing di daerah Pulau Sanghiang. Kita berlima datang sekitar jam 4 sore, hari sabtu, Mei 1999. Rencananya, kita berangkat hari minggunya jadi kita mesti nginep di suatu rumah dan rumah itu tua banget, tingkat lagi. Sebelah kanan rumah itu masih area kosong alias kebun penuh alang-alang. Awalnya gue udah ngerasain gelagat nggak enak, hawanya udah beda pas masuk rumah. Pas malemnya, kita niat begadang, yah biasa ngobrol-ngobrol tentang rencana besok, tapi gue merasa udah ngantuk duluan. Soalnya gue nggak mau besok pagi ngantuk dan nggak konsen mancingnya. So, gue pamit buat tidur duluan. Temen gue sih masih pada ngobrol dan nyiapin alat pancing. Gue tidur sekitar jam 9 malam. Gue sendiri di kamar. Kamar yang gue tidurin ngadep ke pantai, tapi malem itu gue nggak bisa tidur padahal tadi kerasa ngantuk banget. Akhirnya gue paksain tidur. Gue sempet ketiduran, tapi entah jam berapa gue setengah terbangun. Posisi gue miring ke kiri, dan gue liat ada yang tidur di samping gue. Ngga gitu jelas itu siapa, soalnya badannya agak miring, gue agak penasaran pengen liat siapa yang tidur di sebelah gue. Pas hampir mukanya keliatan, dia malah nengok ngadep ke gue. Mukanya ngga jauh dari muka gue, matanya melotot, mukanya pucat. Gue kaget setengah mati, ngga bisa bergerak sama sekali, nggak bisa teriak, mata nggak bisa dimeremin, seakan-akan gue dipaksa ngeliat dia. Gue coba baca-baca doa ayat kursi, dia malah ngikutin baca sampe akhirnya gue pingsan sampe besok pagi. Gue dibangunin temen esok paginya, dan malem itu temen gue nggak tau kalo gue pingsan, dia kira lagi tidur. Akhirnya gue ceritain kejadian semalem ke temen-temen gue, temen gue pada kaget, trus kata penjaga rumahnya emang tempat itu rada angker kerena dulunya daerah itu kuburan para pejuang Indonesia waktu lawan Jepang. Sumber dari sini. Cerita Horor Penjaga Kamar Mayat Kali ini kisah dari Wak Mijan di Medan, silahkan. Cintailah pekerjaan Anda. Begitu pesan orang bijak. Dan itu yang kini menjadi pedoman Samijan. Pria yang akrab disapa Wak Mijan dan bekerja di kamar mayat RSU dr. Pirngadi, Medan ini, begitu enjoy bergelut’ dengan manusia-manusia yang tak bernyawa. Selama 24 tahun menjadi penjaga kamar mayat bukan waktu yang singkat. Segudang pengalaman mistis dialaminya. Seperti apa? Wak Mijan pun bercerita. Awalnya, saat pertamakali bekerja di rumah sakit milik Pemko Medan itu, ia tak tahan mencium aroma mayat yang menyengat hidung, terlebih mayat yang ditemukan membusuk. “Pernah saya semprot minyak wangi, tapi tetap saja aroma busuknya muncul lagi,” katanya. Menurut pria kelahiran 24 April 1949 ini, pengalaman gaib yang pernah dialaminya merupakan bagian dari pekerjaannya, dan itu dijadikannya bumbu kehidupan. Ia bercerita, pernah suatu kali mendengar suara orang menangis. Asalnya dari kamar mayat. Lalu ia bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamarnya yang terletak persis di samping kamar mayat itu. Setibanya di kamar mayat, Wak Mijan tak melihat ada orang. Suara tangis itu berulang keesokan harinya. Tapi saat hendak masuk ke dalam kamar mayat itu, pintu kamar tersebut tak bisa dibuka, seperti ada yang menahannya dari dalam. “Gak tau siapa, akhirnya kami jadi dorong-dorongan,” ujarnya. Kisah mistik lainnya, suatu malam pintu kamarnya diketuk orang dari luar. Tapi begitu dibuka, tak seorang pun yang terlihat. Bersamaan dengan itu, Wak Mijan mencium aroma bunga kantil. Pernah suatu sore, persisnya menjelang maghrib, saat itu hujan gerimis. Seperti hari biasanya, Wak Mijan menikmati secangkir teh dan duduk santai di luar kamarnya. Sedang asyik ia melamun, tiba-tiba sesosok bayangan melintas. Sosok tersebut menyerupai pegawai kamar jenazah. Karena menganggap sosok itu pegawai kamar mayat, Wak Mijan cuek. Tak berapa lama sosok itu kembali melintas. “Saya panggil gak ngeliat, saya kejar kok malah hilang,” kenangnya yang mengaku, tak jarang televisi dan tape di ruangannya menyala sendiri. Karena seringnya mengalami keanehan, Wak Mijan pun tak lagi menganggapnya serius. “Sudah biasa,” imbuhnya singkat. Walau sering merasakan dan melihat penampakan mahluk halus, Wak Mijan tetap mencintai pekerjaannya. Padahal, menjadi penjaga dan membersihkan kamar mayat ia tidak digaji. “Saya senang bisa membantu orang lain,” ujarnya yang mengaku, mendapat uang dari formalin dan pemberian orang lain yang dibantunya. Menjadi penjaga kamar mayat bukanlah pekerjaan mudah, dan bukan pula cita-cita Samijan. Pun begitu, pria tambun ini senantiasa setia bekerja di rumah sakit pemerintah itu, meski tidak digaji. Katanya, “Banyak orang yang bisa ditolong.” Ia mengaku tidak sengaja bisa menjadi penjaga kamar mayat. Ceritanya, Tahun 1977 lalu, istri pertamanya, Poniyem, meninggal dunia. Saat itulah pertama kali bapak 4 anak ini menginjakkan kaki di RSU dr. Pirngadi Medan RSUPM. Awalnya ia ditawari bekerja di dapur umum RSUPM oleh Pak Sabari, pegawai rumah sakit itu. Ia pun menerima tawaran itu. Wak Mijan bertugas mengantar makanan untuk para pasien yang dirawat. Selama bekerja di dapur umum, kakek 7 cucu ini sering tidur bersama penjaga kamar mayat, Pak Amat dan Pak Min. Wak Mijan betah, akhirnya ia diminta untuk membantu menjaga kamar mayat. Sejak saat itulah ia menetap di sana. Ketiga anaknya dititipkan kepada adiknya di Binjai, Ponikem. Sebulan sekali ia pulang ke rumah, melihat ketiga anaknya. Wak Mijan begitu menikmati pekerjaannya. Meski sudah 4 kali menikah, ia tidak pernah meninggalkan kamar yang berada di belakang kamar mayat itu. Sumber dari sini. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. BONUS Horor Lucu di Kamar Mandi .. Semua orang pernah ke kamar mandi ya iyalah, dan semua orang hampir merasakan kejadian-kejadian “horor” berikut ini 1. Mati LampuIni momen yang bikin kamu bingung apalagi buat kamu yang punya phobia gelap dan takut sama hal-hal yang tak kasat mata. Bayangin aja kalau misalkan momen itu terjadi di tengah-tengah ritual kamu yang lagi nanggung. Mau udahan perut masih melilit, mau dilanjutin serasa ada yang ngeliatin dari pojokan. 2. WC MampetYang satu ini bisa bikin harga diri kamu hancur seketika apalagi kalau kejadiaanya di kamar mandi umum yang lagi banyak-bayaknya orang ngantri. Mau keluar ranjau buangan ngga ilang-ilang, ngga keluar lama-lama kebauan sendiri di kamar mandi. 3. Pintu Tanpa KunciPernah naik roller coaster? Deg-degan kan rasanya? Sama halnya sama momen yang satu ini, selain bikin deg-degan momen ini juga bisa bikin kamu ngga konsentrasi ngelakuin ritualnya akibat pikiran yang berharap ngga ada orang lain masuk secara tiba-tiba. 4. Gayung BelahJaman sekolah kamu pasti pernah mengalami hal ini. Gayung yang secara kasat mata wajar-wajar aja ternyata baru ketauan kalau bawahnya belah saat dipakai ambil air buat nyelesaikan sisa-sisa pertempuran hari itu. Selain bikin berabe momen ini juga bisa bikin kamu jadi nggak kece gara-gara cipratan air yang ke mana-mana, kan ngga enak kalau pas keluar kamar mandi ketemu anak-anak. 5. Air HabisNah ini, ngga ada kata lain selain tamat riwayat. Kalau kamu mengalami momen yang satu ini, ngga bisa ngapa-ngapain lagi dah. Alamat terperangkap di kamar mandi bersama masa lalu. Hiks. *** Itu dia momen horor di kamar mandi, semoga kamu selalu dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan kapanpun dan dimanapun. Amin.
Bentukatau Struktur Cerkak Bahasa Jawa. Dalam sebuah cerkak bahasa Jawa terdiri dari beberapa struktur atau unsur inti, antara lain : Eksposisi, yaitu tentang setting tokoh dalam situasi dan cerita. (sebab-akibat, karakter-watak). Komplikasi, merupakan suatu kejadian atau peristiwa mengenai konflik yang dialami tokoh utama. Sugeng ndalu rencang sedaya. Pada malam yang syahdu ini kita akan menyimak cerita rakyat bahasa jawa dengan judul “kedadean gunung merapi”. Kisah ini merupakan kisah legenda yang berasal dari Jawa Tengah. Bagaimana kisah tersebut monggo kita simak bersama. Ing jaman dhikik, pulau Jawa durung akeh daerah sing dihuni manungsa. Akehan wilayahe yaiku alas gung liwang-liwung sing dihuni saka para lelembut lan kewan liar. Kaanan pulau Jawa ing wayah kuwi miring, sehingga ngawatirke makluk kang urip ana pulau Jawa. Namung ana setitik panggonan kang bisa dihuni saka sekelompok manusia sing urip kanthi nggerombol lan dhemen ngalih-alih amarga keganasan alam lan mungsuh. Para penghuni pulau Jawa iki ora ngelingi yen lemah sing dekne kabeh panggoni kuwi sabenere miring, dadine ana kekuwatiran arep longsor lan angslep ana segara kidul. Sing meruhi kaanan iki yaiku para dewa neng kayangan sing peaduli kelangsungan urip para penghuni pulau Jawa wayah kuwi. Para dewa neng kayangan akhire sepakat kanggo nggawe supaya pulau Jawa ora miring, dadine para penghunine bisa kembang biak lan tambah maju peradabane. Rasa wedhi sing pada dirasakake mesti wae ora bisa disingkiri meneh. Ora mung menungsa sing keweden ning para penghuni liyane klebu binatang uga mlayu amerga saking wedhine. Selanjutnya cerita rakyat bahasa jawa nyritakae para dewa. Para dewa banjur ngrembug meneh kanggo nentoke pengimbang kang bakal diselehna neng tengah pulau kuwi. Para dewa mutusake bakal nggunakne gunung Jamurdwipa sing terkenal banget kanggo makhluk-makhluk gaib lan dhuwur banget. Para dewa banjur njaluk ijin marang penghuni gunung Jamurdwipa supaya cepet ngalih saka panggonan kui, amarga gunung sing dekne kabeh panggoni arep dialihake menyang tengah-tengah pulau Jawa. Saka lokasi kang wis ditentoke sakjroning rembugkan, jebulna dihuni menungsa loro sing lagi tandhang gawe neng tengah alas gung liwang-liwung. Wong loro kuwi tenyata empu sing lagi nggawe keris. Para dewa banjur ngongkon Dewa Panyarikan lan Batara Naradha sekalian para prajurit kanggo ngandhani marang wong kuwi ben cepet ngalih amarga panggone arep didokokake gunung Jamurdwipa. Bagaimana kisah selanjutnya cerita rakyat bahasa jawa bisa kita simak di bawah ini. Para utusan dewa kuwi mau pada gumun ndeleng empu sing pada lagi nggawe keris tanpa alat. Empu kuwi lagi nyampur werno-erno bahan logam lan amung nganggo tangan kosong dekne kabeh nggunake epek-epek lan driji kanggo mbetuk lan ngukir campuran logam kuwi nganti atos. Pagawean empu nang wayah kuwi mesti wae ora bisa disela amarga merloake konsantrasi dhuwur kanggo ngolah logam kuwi. Para utusan dewa banjur nunggu, lelehan wesi kuwi banjur digebug-gebug lan diurut-urut para empu kuwi mung kanthi tangan. Lan sing luwih nggumunake meneh lelehan logam kuwi katon abang murup dadi mawa ning tangan para empu kuwi ora kobong sethithika wae. Pagawean empu kuwi sabenere durung rampung nanging amarga ana dawuh penting, mula gaweane dindhegke sawentara lan memoni dawuh saka kayangan kesebut. Empu kesebut banjur ngenalake piyambake sing sijine nduwe jeneng Mpu Permadi, sing sijine meneh nduwe jeneng Mpu Rama. Sakwise padha ngenalake piyambake lan wawan pangandikan, akhire Batara Naradha lan Dewa Panyarikan ngaturke kekarepane. Batara Naradha ngaturke kekarepane, yaiku nyaranke supaya para empu mau cepet pindah saka lokasi kuwi amarga arep didelehi gunung gedhe sing bakal digunakne kanggo nyeimbangke pulau Jawa sing lagi miring. Batara Naradha nggamblangna babagkan kedadeane gempa lan kaanan pulau Jawa sing ngawatirke banget lan ngarepke supaya Empu kuwi gelem ngerti lan nuruti kekarepane tanpa ana alangan. Ora lali Dewa Panyarikan ugo nggamblangna pentinge pagawean kuwi kanggo keterasan urip para penghuni pulau Jawa. Dalam kisah cerita rakyat bahasa jawa selanjutnya mengisahkan kedua Mpu yang tidak mau memenuhi perintah Dewa. Mpu Permadi lan Mpu Rama bingung lan padha delengan. Katon saka raine kaya ora gelem nuruti kekarepan para dewa amerga para empu kuwi nduweni kepentingan panggawean sing durung rampun mau. Lan jebulna loro empu kuwi ora gelem nek kudu ngalih panggonan, sakwentara pagawean nggawe kerise lagi wae dimulai lan kudu dirampungke ana lokasi kuwi. Para Empu kuwi ngaturke yen panggawen kerise kuwi mau ora rampung kanthi sempurna maka bakal nekakake lelakon kanggo manungsa, mula dekne kabeh njaluk kudu nunggu nganti gaweane rampung. Para utusan Dewa nduwe pemikiran yen penggawean iki yaiku perkara sing bersifat penting, dadine menawa kudu nggunakne peperangan bakal dilakoni dheweke. Para utusan Dewa kuwi ora leren-leren njelaske menawa tugas sing digawa iku kanggo keterasan urip umat neng pulau Jawa. Ning para Empu kuwi uga tetep nang kekarepane, nek pangerjan keris kuwi ora sempurna uga arep nekakake lelakon kanggo manungsa. Amerga ora ana pihak sing gelem ngalah kahanane tambah dadi ora karuwan. Merga alasan sing penting banget, mula para utusan Dewa banjur nggunakne peperangan kanthi ngerahke kabeh prajurit pengawale kanggo nyerang empu kuwi. Ananging mergo kasekten saka para Empu mau mula kabeh prajurit bisa dikalahake kanthi entheng. Saiki kari ana papat yaiki utusan Dewa lan 2 empu, dekne kabeh adhep-adhepan lan kedadeana duel siji mungsuh siji. Duel iki katon imbang antara siji lan sijine nganti gawe panggonan sekitare pada bosah-baseh, akeh watu pada mambur lan ajur dadi awu, wit gedhe-gedhe ambruk lan keluk utawa kebul mumbul. Bagaimana kisah cerita rakyat bahasa jawa selanjutnya simak di bawah ini. Batara guru banjur menehi titah marang Dewa Bayu kanggo menehi pelajaran marang Mpu Rama lan Mpu Permadi. Dewa Bayu dikongkon supaya cepet ngalihake gunung Jamurdwipa kanthi di damu. Batara guru ora praduli karo kaslametan empu kuwi amarga wis ngelehke para dewa lan mbahayake kaslametan umat manungsa. Dewa Bayu banjur mangkat menyang segara kidul. Kanthi kasaktene, Dewa Bayu banjur ndamu gunung kuwi. Damuan Dewa Bayu sing kaya angin topan gawe gunung Jamurdwipa mabur nganti tekan langit banjur tiba pas neng panggonan empu kesebut. Mpu Rama lan Mpu Permadi sing ana ing panggon kuwi melu ketindih gunung Jamurdwipa nganti mati saknalika. Banjur roh para empu kesebut ora bisa katampa neng suwargo lan dadi panunggu gunung kuwi. Senajan Mpu Rama lan Mpu Permadi sing sakti kuwi wis mati ketindihan gunung, nanging kasektene ora luntur. Bakal keris sing isih proses mau isih murup lan ora bisa dipateni kajaba saka empu sing wis mati kesebut malah keris kui mau terus-terusan murup lan dadi kawah ana ing tengah gunung Jamurdwipa. Amerga awale panggonan gunung iki yaiku kawujud api utawa geni mula para dewa ngganti jeneng gunung Jamurdwipa kanthi jelukan Gunung Merapi. Cerita rakyat bahasa jawa di atas merupakan legenda yang mengisahkan kejadiaan gunung berapi yang ada di daerah yogyakarta dan jawa tengah. Semoga dapat menghibur.
ceritamisteri #alaminglelembut #radiosiaranjawiJroning kahanan setengah turu setengah melek iku Jarot njenggirat kaget, jalaran ing njero kamare ana bocah w
DiksiDalam Kumpulan Cerita Misteri Jagading Lelembut Pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2001 a. Kata Benda Nomina Penggunaan kata benda nomina dalam kumpulan cerita misteri Jagading Lelembut pada 91 LAMPIRAN KARTU DATA 1. . 181 396 267 163 124 102 446 27

kumpulan cerita misteri bahasa jawa